HEADLINE
Dark Mode
Large text article

Biografi Singkat Sunan Gresik

Biografi Singkat Sunan Gresik
Biografi Singkat Sunan Muria

Setelah Biografi Singkat Sunan Gresik

Dan berikut adalah Biografi Singkat Sunan Gresik yang admin tuliskan. Siapa yang tak kenal dengan Sunan Gresik, Wali Songo yang di kenal pertama kali menyebarkan agama islam di tanah jawa.

A. Biografi Sunan Gresik

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim memiliki nama asli Makdum Ibrahim As-Samarkandy. Beliau diperkirakan lahir di Samarkand, wilayah Uzbekistan yang terletak di Asia Tengah, pada awal abad ke-14. Beliau juga disebut Syekh Magribi karena nenek moyangnya berasal dari Magrib atau Maroko. Akan tetapi, masyarakat Jawa mengenalnya dengan nama Sunan Gresik. Beliau bersaudara dengan Maulana Ishaq, ‘Ulama terkenal di Samudra Pasai. Dakwah yang dilakukan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) tidak berjalan dengan mudah. Banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi beliau dari masyarakat sekitar yang sudah memeluk agama Hindu dan Buddha. Sunan Gresik tidak langsung menentang adat istiadat yang ada di masyarakat Jawa, seperti melakukan sesajen, menyembah pohon dan batu, serta mengeramatkan tempat tertentu. Namun beliau menghadapinya dengan arif dan bijaksana. Selain disebut Syekh Magribi, Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik juga dikenal dengan nama kakek Bantal. Hal ini karena kebiasaan beliau meletakkan Al-Qur’an dan hadits di atas bantal ketika mengajar murid-muridnya. Silsilah keturunan beliau tersambung dengan Nabi Muhammad Saw melalui Fatimah Az-Azahra dan Ali bin Abi Thalib dari jalur Husain bin Ali. Pada tahun 1371 M, Sunan Gresik datang ke Pulau Jawa dengan saudaranya Maulana Mahpur, Sayyid Yusuf Mahrabi, dan 40 orang pengiring. Mereka datang ke Pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam sambil berdagang. Desa Sembalo menjadi daerah yang pertama kali dituju, sebuah tempat dekat Desa Leran, Kabupaten Gresik, sekitar sembilan kilometer dari arah utara Kota Gresik. lokasinya tidak jauh dari makam Fatimah binti Maimun (475 H/1082 M). Dalam menyiarkan agama Islam, Sunan Gresik memulainya dengan cara berdagang, yaitu dengan membuka toko, menyediakan kebutuhan pokok masyarakat, dan menjualnya dengan harga murah di dekat pelabuhan yang berlokasi di Desa Rumo. Melalui kegiatan dagang tersebut, beliau dapat berinteraksi dengan berbagai kalangan, pelaku jual-beli, pemodal, pemilik kapal dan pihak-pihak yang terkait dengan aktivitas perdagangan. Selain itu, beliau juga belajar bahasa daerah untuk mempermudah komunikasi dan kelancaran dakwahnya, sehingga dalam waktu yang relatif singkat Maulana Malik Ibrahim dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat, baik dalam menghadiri upacara-upacara perkawinan maupun acara-acara lainnya. Bahkan ia pun menjadi juru damai apabila menemui masyarakat yang berselisih. Berkat kegigihan dan kesungguhannya dalam menyebarkan Islam, beliau mendapat kepercayaan dari masyarakat dan satu per satu mulai memeluk agama Islam. Dalam kesehariannya, Sunan Gresik tidak pernah menentang agama dan kepercayaan yang dianut penduduk setempat. Beliau berusaha menyampaikan keindahan dan kebaikan yang dibawa Islam. Setelah merasa dakwahnya cukup berhasil di Desa Sembalo, beliau pindah ke Kota Gresik, dan tinggal di Desa Sawo. Setelah beberapa lama tinggal di desa tersebut, beliau mulai menyiarkan Islam ke kalangan Istana Majapahit. Sunan Gresik wafat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal 822 H/8 April 1419 M. Tanggal wafatnya tertera pada prasasti makamnya di Desa Gapura, Kota Gresik, Jawa Timur.

B. Peran Sunan Gresik dalam Perkembangan Islam di Indonesia

Dalam melakukan dakwah Islam di daerah Gresik dan sekitarnya, Sunan Gresik (1419 M) mempunyai peran penting dalam mengembangkan Islam khususnya di Pulau Jawa, yaitu sebagai berikut.

1. Mengembangkan Islam melalui jalur perdagangan

Sunan Gresik memulai aktivitas dakwahnya dengan berdagang di tempat terbuka yang berlokasi di Desa Rumo, dekat pelabuhan. Pergaulannya yang didasari akhlak mulia penuh keramahan, kesantunan, dan toleran dalam keseharian sehingga menjadikan masyarakat mudah tertarik untuk memeluk agama Islam. Sunan Gresik memilih lokasi dakwah dekat pelabuhan agar dapat langsung berhubungan dengan aktivitas dagang yang berada di daerah pesisir pantai yang menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat. Dengan demikian, Sunan Gresik banyak berinteraksi dengan para pedagang yang berada di wilayah Jawa dan daerah lainnya.

2. Mendakwahkan Islam kepada keluarga Kerajaan Majapahit

Setelah membentuk komunitas muslim di Pesucinan dan berada dekat dengan daerah pelabuhan pantai utara Gresik, Sunan Gresik berkesempatan menyampaikan dakwah Islam bersamaan dengan aktivitas perdagangan. la menyampaikan dengan penuh kesantunan dan akhlak mulia. Satu per satu pemeluk Islam terus bertambah dari hari ke hari. Setelah merasa dakwahnya berhasil di Sembalo, Sunan Gresik pindah ke Kota Gresik dan tinggal di Desa Sawo. Dakwahnya pun merambah pada keluarga. Kerajaan Majapahit yang saat itu dipimpin oleh Raja Brawijaya. Kedatangannya ke pusat kerajaan disambut baik, walaupun Sang Raja belum bersedia memeluk Islam. Karena adanya hubungan baik dengan kerajaan dalam hubungan dagang, Maulana Malik Ibrahim diangkat menjadi Syahbandar di Gresik dan diperbolehkan menyebarkan agama Islam di Gresik. Pada saat itu, Sunan Gresik diberikan hadiah sebidang tanah di pinggiran Kota Gresik, sebagai penghargaan kepadanya. Tempat ini kemudian dikenal dengan Desa Gapura. Hubungan baik Sunan Gresik dengan keluarga kerajaan dengan menunjukkan sikap santun, arif, dan bijaksana mengantarkannya diangkat menjadi penasihat raja, serta menjadi guru para pangeran. Dakwah Sunan Gresik kepada keluarga Raja Majapahit yang sedang mengalami masa kemunduran, dibuktikan dengan adanya tulisan yang terukir dalam bahasa Arab yang menjelaskan kedudukannya dalam keluarga kerajaan. Dari dakwahnya, Islam terus berkembang di berbagai kalangan.

3. Mendirikan masjid dan pesantren

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Gresik semakin tertarik memeluk Islam karena sosok Sunan Gresik yang santun, dermawan, dan toleran. Kondisi ini mendorongnya membangun Masjid Pesucinan yang kini dikenal dengan Masjid Maulana Malik Ibrahim, terletak di Desa Leran, Kecamatan Manyar, wilayah pesisir utara Gresik. Masjid Pesucinan selain sebagai tempat ibadah, juga digunakan sebagai tempat pembinaan mubalig, santri, dan masyarakat, bahkan di tempat ini pula lahirnya pesantren pertama di Indonesia. Sunan Gresik tidak hanya mengajarkan agama, tetapi beliau juga mengajarkan pengetahuan tentang teknik irigasi persawahan dan tambak yang bertujuan untuk memajukan ekonomi masyarakat pesisir di sekitar pantai utara Gresik.

C. Sikap Positif dalam Pribadi Sunan Gresik

Dalam perjuangannya mengembangkan dakwah Islam, Sunan Gresik menyampaikan ajaran Islam melalui sikap positif yang dapat diteladani, antara lain sebagai berikut.

  1. Melakukan dakwah secara bertahap. Dalam dakwahnya, Sunan Gresik mengajarkan agama Islam secara bertahap, tidak ada ajaran agama yang diberlakukan secara mendadak, semuanya melalui proses penyesuaian.
  2. Gigih dan tangguh dalam berdakwah. Kegigihan dan ketangguhan dalam menyebarkan agama Islam terbukti dari perjalanan jauh, merantau dari tanah kelahirannya menuju tanah Jawa melalui jalur laut yang melelahkan.
  3. Santun dan dermawan dalam berdakwah. Sikap ini ditunjukkan ketika berdagang dengan menggelar pasar murah dan selalu berbagi kepada fakir miskin. Kekayaannya diperuntukkan untuk berdakwah di jalan Allah Swt.
  4. Toleran dan selalu menjalin hubungan baik antarsesama. Hubungan baik yang ditunjukkan pada masyarakat luas dan penguasa Majapahit menjadikannya sosok guru yang dibanggakan dan menjadikannya penasihat raja dan menteri Kerajaan Majapahit pada masanya.
  5. Nasihat yang biasa disampaikan oleh Sunan Gresik antara lain sebagai berikut :
    1. Berilah pertolongan kepada siapa pun tanpa mengharapkan imbalan.
    2. Dakwah harus dilakukan dengan ikhlas dan penuh kesabaran.
    3. Agama Islam itu mudah untuk dipelajari dan diamalkan.
    4. Dalam berdakwah harus mengedepankan kemudahan dan tidak mempersulit.
  6. Jasa Sunan Gresik dalam mengembangkan agama Islam di pulau Jawa antara lain sebagai berikut :
    1. Menghilangkan penggolongan kasta.
    2. Mendirikan tempat ibadah dan pesantren.
    3. Menyebarkan Islam di kalangan Istana.