Ikhlas Sabar Dan Pemaaf
Ikhlas Sabar Dan Pemaaf
Di artikel ini admin tulisanguru.com akan membahasa materi berkenaan dengan Ikhlas Sabar Dan Pemaaf.
Pengertian Ikhlas
Ikhlas menurut bahasa artinya memurnikan (Pure) murni dalam artian memurnikan tidak mencampur adukan dengan hal lainnya. Sedangkan Ikhlas menurut istilah adalah ibadah yang di lakukan seseorang murni hanya mengharapkan keridhoan Allah, bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub) tanpa mengharapkan balasan ataupun karena balasan apapun. Tidak berdasarkan karena ingin di puji oleh orang lain atau terlihat oleh orang lain (Riya) ibadah yang di lakukan murni karena Allah ada, atau tanpa terlihat orang lain.
Langkah yang dilakukan ‘Ulama untuk menghindari riya’ adalah:
- Menghadirkan sikap muraqabah.
- Menumbuhkan keyakinan dalam hati bahwa riya menghapus amal ibadah.
- Mengambil hikmah dari setiap balasan atas perilaku.
- Memperbanyak berzikir.
- Takut murka Allah.
- Memperbanyak ibadah sirri (tersembunyi)
Dalil tenang Ikhlas :
Banyak dalil yang menjelaskan tentang ke ikhlas, namun dari beberapa dalil di rangkum menjadi dua sumber yakni Al-Qur’an dan hadist.
Q.S. An-Nisa Ayat 146 :
اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِاللّٰهِ وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَۗ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا
Artinya: “Kecuali orang-orang yang bertaubat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang beriman.” (Q.S. An-Nisa : 146).
Pada surat Annisa Ayat 146 di tersbut, Allah akan memberi pahala yang besar ( اَجْرًا عَظِيْمًا) kepada orang-orang beriman (mukminin). Siapa sajakah mereka? Di ayat sebelumnya di jeaskan, empat hal berikut yaitu :
a. Orang-orang yang taubat (Tabuu)
b. Orang-orang yang mengadakan perbaikan (aslahu)
c. Orang-orang yang berpegang pada agama Allah (i’tashomu billah)
d. Orang-orang yang ikhlas dalam beragama islam karena Allah (akhlasu diinahum lillah)
Maka mereka itulah yang Allah berikah pahal yang besar ( اَجْرًا عَظِيْمًا). Karena syarat di terimanya suatu amal adalah dengan keikhlasan. Tentu saja bila tidak berdasarkan keikhlasan menjalankan perintah Allah (menjalankan ajaran agama) maka akan sia-sialah semua ibadahnya. Tiga hal sebelumnya yang telah di sebutkan yakni taubat, berbuat baik dan berpegang teguh pada agama Allah tidak ada artinya tanpa disertai dengan ikhlas.
Dalil Q.S Al-Bayyinah ayat 5 tentang Ikhlas:
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.“
Hadist tentang Ikhlas
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عن رَسُولَ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم قَالَ : مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زادَ اللهُ عَبْداً بعَفْوٍ إِلاَّ عِزّاً، وَمَا تَوَاضَعَ أحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ. رواه مسلم وغيره
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya (di dunia dan akhirat).” (H.R. Muslim).
Keikhlasan ini di ibaratkan seperti akar pohon yang berada di dalam dan tidak dapat dilihat, yang mana dari akar inilah menyalurkan sari-sari makan yang di salurkan ke batang, dahan daun dan hingga berbuah manis. Dan buah inilah pahal yang di dapat dari akar keikhlasan. Ikhlas adalah pondasi, dasar kesukesan meraih bahagia di dunia dan akhirat.
Ikhlas bertempat di dalam hati. Saat hati seseorang amal dengan ikhlas, maka anggota perbuatan lain yang di lakukan tubuh pun baik. Sebaliknya, jika hatinya tidak ikhlas, misalnya oleh ingin terlihat oleh orang lain (riya’), mengharapkan dunia dalam amalnya, ‘ujub, bangga diri/sombong (takabbur), maka akan rusaklah seluruh jasadnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
“Apabila hati menjadi baik, maka akan baik pula seluruh jasadnya, dan apabila hati menjadi rusak, maka akan rusak seluruh jasadnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Pengertian Sabar
Sabar menurut bahasa Al-Habsu Wal Kaffu yang artinya menahan dan mencegah. Menurut istilah, sabar adalah menahan diri untuk melakukan keinginan dan meninggalkan larangan Allah SWT. Sabar juga berarti sikap tegar dan kukuh dalam menjalankan ajaran Islam ketika muncul dorongan nafsu, ketegaran yang dibangun diatas landasan Al-Qur’an dan As-sunnah. Allah telah memuji orang-orang yang bersabar dan menyebutkan mereka dalam firman-Nya di Surat Az Zumar ayat 10:
Dalil Q.S. Al-Baqarah Ayat 153 Tentang Sabar :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah/2:153).
Hadits tentang Sabar
Artinya: Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan r.a., berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Amat menanjubkan sekali keadaan orang mu’min itu, sesungguhnya keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang demikian itu hanya untuk orang mu’min itu belaka: yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, lalu ia bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya, sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran, dan ia bersabar, hal ini pun adalah kebaikan baginya.” (H.R. Muslim).
Dalam ajaran Islam, penerapan sabar dikelompokkan menjadi 4 macam sabar:
1. Sabar dalam menerima ujian hidup
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya : “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah : 155)
2. Sabar dalam keinginan hawa nafsu
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Q.S Al-Munafiqun :9).
3. Sabar dalam ketaatan kepada Allah SWT
رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهٖۗ هَلْ تَعْلَمُ لَهٗ سَمِيًّا ࣖ
Artinya : “(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?” (Q.S Maryam : 65)
Pengertian Pemaaf
Maaf dalam bahasa Arab adalah Al-‘Afwu. Al-‘Afwu secara bahasa adalah terhapus atau menghapus. Orang yang memaafkan disebut pemaaf dan perbuatannya memaafkan. Pemaaf ini adalah sebuah sifat, prilaku dan sikap pemaaf atas kesalahan yang dilakukan orang lain. Memaafkan berarti menghapuskan kesalahan yang pernah di lakukan orang lain kepada diri kita yang menyayat dan mengganjal dalam hati baik dalam ucapan atau perbuatannya kepada kita.
Seorang muslim hendaknya selalu bersikap pemaaf. Sikap pemaaf dapat membuat hati lapang dada, jiwa menjadi tenang dan tentram. Bila kita tidak berlapang dada bersikap pemaaf, tentu hal ini akan merugikan diri kita sendiri, yakni menjadi orang pendendam. Dan dendam pun termasuk penyakit hati yang sangat berbahaya yang harus kita hindari.
Dalil Q.S. Ali Imran Ayat 134 Tentang Pemaaf :
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S Ali Imran : 134).
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ
Artinya : ‘Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Q.S Al-‘Araf : 199)
Sikap pemaaf bahkan jauh lebih baik dari sedekah yang diberikan dengan diiringi oleh ucapan atau sikap yang menyakitkan bagi orang yang menerimanya. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 263
۞ قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَآ اَذًى ۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya, Maha Penyantun.” (Q.S Al-Baqarah : 263)
Sifat dan sikap pemaaf harus ada dalam diri kita dan menjadikan akhlak karimahnya sebagai buah iman, takwa dan ibadahnya kepada Allah. Dengan sikap pemaaf, kita akan di cintai Allah dan disenangi manusia. Orang yang dicintai dan disenangi Allah adalah orang sudah mendapat keridhaan Allah.
Ajaran memaafkan dan meminta maaf ini telah Rasulullah SAW sampaikan dalam hadistnya :
عَنْ عاَئِشَة عَنْ اَنَسٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الله : صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَاعفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ (رَوَاهُ الْبَيْهقِيْ)
Artinya : “Dari Aisah dari Anas berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sambunglah tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskanmu dan maafkanlah orang-orang yang mendzalimimu.” (H.R. Baihaqi)
Artinya: Ali r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan di akhirat? Memberi maaf orang yang menzalimimu, menyambung silaturahim orang yang memutuskanmu, dan memberi orang yang menghalangimu.” (H.R. Baihagi).
Seseorang tidak emosional dalam menyikapi perilaku orang-orang di sekitarnya, meskipun ia dihina atau disakiti, biasanya ia tidak membalas dengan balasan yang serupa atau bahkan yang lebih kejam, namun ia akan melapangkan hati untuk senantiasa memberi maaf. Orang-orang yang mempunyai sifat pemaaf ini akan Allah muliakan dan angkat derajat mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku Sabar dan Pemaaf
Ada tingkatan manusia yang berkaitan dengan pemaaf :
- Orang yang mampu menahan amarahnya.
- Orang yang memaafkan.
- Orang yang tetap berbuat baik kepada orang yang pernah melakukan kesalahan atau menyakiti dirinya.
Surat Asy Syura ayat 43 :
وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ
Artinya: “Tetapi orang yang bersabar dan memafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.”
Perilaku Ikhlas dalam Kehidupan Sehari-hari Perilaku ikhlas sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. an-Nisa : 146 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara :
a. Gemar melakukan perbuatan terpuji dan tidak di pamerkan kepada orang lain;
b. Ikhlas dalam beribadah, semata-mata karena Allah Swt.;
c. Tidak mengharapkan pujian atau sanjungan dari orang lain;
d. Selalu berhati-hati dalam bertindak atau berperilaku;
e. Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil;
f. Tidak menghitung-hitung apalagi mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah diberikan kepada orang lain.
Perilaku Sabar dalam Kehidupan Sehari-hari Perilaku sabar sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. al-Baqarah : 153 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara sebagai berikut.
a. Sabar dalam menjalankan perintah Allah Swt., seperti :
1) Ketika mendengar azan segera menuju ke masjid untuk melaksanakan £alat berjamaah;
2) Ketika bel berbunyi segera masuk kelas untuk mengikuti pelajaran;
3) Saat orang tua memanggil, segera menghadap dan menemui agar tidak mengecewakannya.
b. Sabar dalam menjauhi maksiat atau meninggalkan larangan Allah Swt seperti :
1) Ketika diajak membolos segera menolak dan menghindari teman-teman yang bersekongkol untuk membolos;
2) Saat diajak tawuran segera menolak dan menjauhi teman-teman yang mengajaknya;
3) Tidak cepat marah dan main hakim sendiri.
c. Sabar dalam menerima dan menghadapi musibah, seperti :
1) Ketika terkena musibah sakit tidak mengeluh dan tidak putus asa untuk berusaha mencari obatnya;
2) Ketika terkena musibah tidak mengeluh dan tidak menyalahkan Allah dan orang lain.
3. Perilaku Pemaaf dalam Kehidupan Sehari-hari Perilaku pemaaf sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. Ali Imram : 134 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan :
a. Memberikan maaf dengan ikhlas kepada orang yang meminta maaf;
b. Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat;
c. Tidak memendam rasa benci dan perasaan dendam kepada orang lain.