HEADLINE
Dark Mode
Large text article

Tatakrama Santun Dan Malu

Tatakrama Santun Dan Malu
Tatakrama Santun Dan Malu

Sejarah mencatat bahwa Rasulullah SAW. memiliki akhlak yang agung. Sebagai umat Islam, kita harus meneladani akhlak beliau. Oleh karena itu sudah seharusnya kita menghiasi diri dengan akhlak mulia. Akhlak mulia merupakan cerminan kesempurnaan iman seseorang. Makin sempurna iman seseorang, akhlaknya akan makin baik pula. Dengan berakhlak mulia seperti jujur, santun, dan malu berarti telah mengasah diri sebagai pribadi unggul. Bangsa kita sangat membutuhkan peran orang-orang yang memiliki pribadi unggul untuk membangun peradaban modern yang Islami.

A. Tata Krama

Tata krama berasal dari dua kata yaitu tata yang artinya aturan, adat, norma atau peraturan. Adapun krama artinya sopan santun, perilaku santun, tingkah laku santun, bahasa yang santun. Dengan demikian, tata krama diartikan sebagai aturan tingkah laku berdasarkan nilai-nilai kesopanan yang Islami. Islam tidak memandang harta, jabatan, golongan, suku, dan kedudukan lainnya. Islam hanya memandang orang yang bertakwa, dialah yang paling tinggi derajatnya. Orang yang bertakwa adalah orang yang memiliki tata krama dalam menjalani kehidupannya. Tata krama juga disebut etika atau adab. Tata krama merupakan cara dalam mewujudkan kemaslahatan dalam kehidupan manusia. Tata krama merupakan norma kebiasaan yang telah disepakati lingkungan. Tata krama harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut tata krama yang diajarkan dalam Islam.

1. Tata Krama Berkomunikasi

Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam berinteraksi dengan sesama. Komunikasi memudahkan untuk saling memahami. Komunikasi di era modern bukan sekadar komunikasi secara lisan dan bertatap muka secara langsung tetapi juga dilakukan melalui media sosial. Seorang muslim harus memahami ketentuan dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun melalui media sosial. Berikut tata krama seorang muslim dalam berkomunikasi.

  • Melihat lawan bicara saat berbicara secara langsung.
  • Tidak memotong pembicaraan orang lain. Menggunakan bahasa yang baik dan sopan serta tidak menyakiti atau menyinggung perasaan lawan bicara.
  • Tidak mendominasi pembicaraan dan mendengarkan lawan bicara.
  • Berbicara sesuai keperluan dan menghindari gibah.

2. Tata Krama dalam Pergaulan

Tata cara bergaul yang baik yaitu pergaulan yang didasari sikap saling menghormati dan menghargai. Tata krama yang harus diperhatikan dalam pergaulan, antara lain sebagai berikut.

  • Bersikap sopan dan ramah kepada siapa pun.
  • Memberi perhatian dengan empati maupun simpati kepada orang lain.
  • Berusaha selalu menjaga perasaan orang lain.
  • Bersikap ingin membantu.
  • Memiliki rasa toleransi yang tinggi.
  • Dapat menguasai diri dan mengendalikan emosi dalam situasi apapun.

3. Tata Krama dalam Berpakaian

Fungsi berpakaian adalah untuk menutupi aurat dan untuk memperindah jasmani manusia. Sebagaimana firman Allah dalam (Q.S. Al-A’raf/7:26) :

يَا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْاٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. al-A’raaf: 26)

Tata krama dalam berpakaian merupakan cara berpakaian yang sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Sebagai seorang muslim, kita tentu harus berpakaian sesuai dengan ketentuan dalam ajaran Islam. Dengan demikian, tata krama berpakaian dalam ajaran Islam adalah juga penutup aurat dan untuk berhias secukupnya berpakaian. Adapun batasan berhias dapat dimaknai sebagai cara berpakaian yang sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Aturan tersebut lebih mengarah pada nilai kesopanan, akhlak, atau kebaikan budi pekerti, Berpakaian dan berhias merupakan keindahan tersendiri bagi manusia. Allah SWT. juga menyukai keindahan dan keserasian. Oleh karena itu, Rasulullah SAW selalu menganjurkan umatnya untuk selalu berpakaian dan berhias secukupnya dengan rapi dan serasi, Tata krama mengandung manfaat yang sangat besar, yakni sebagai berikut.

  1. Membuat seseorang disegani, dihormati, disenangi, bahkan dicintai oleh orang lain.
  2. Menjalin hubungan baik dengan orang lain.
  3. Meningkatkan kepercayaan diri dalam setiap situasi.
  4. Menciptakan suasana yang nyaman dalam berbagai situasi, baik itu lingkungan keluarga, pergaulan, maupun tempat dimana anda belajar atau bekerja.
  5. Dapat meningkatkan karir seseorang.

B. Santun

Santun adalah berkata lemah lembut serta bertingkah laku halus dan baik. Kesantunan seseorang akan terlihat dari ucapan dan tingkah lakunya. Ucapannya lemah-lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan orang lain. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa santun mencakup dua hal, yakni santun dalam ucapan dan santun dalam perbuatan. Allah SWT. mencintai sikap santun sebagaimana tertuang dalam hadis berikut.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلْأَشَجِّ الْعَصَرِيِّ إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمَ وَالْحَيَاءَ

Artinya: “Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. bersabda kepada Al Asyaj Al ‘Ashri: Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sikap yang dicintai oleh Allah; yaitu sifat santun dan malu.” (H.R. Ibnu Majah)

Perilaku santun diperlukan ketika seseorang berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, baik pada yang lebih tua, lebih muda maupun pada teman sebaya. Misalnya apabila bertemu orang yang lebih tua menyapa dengan hormat, tidak berbicara kasar kepada orang lain, tidak suka melawan orang tua, dan patuh kepada guru. Santun berhubungan dengan nilai-nilai peradaban. Orang-orang yang memiliki sifat santun memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Perilakunya akan halus, tutur katanya lemah lembut.
  2. Tidak pernah menyakiti orang lain.
  3. Menjaga kesopanan dalam pergaulan sehari-hari.
  4. Orang yang santun berarti dia tahu akan adab kesopanan.

Orang yang santun tidak berbicara kasar pada orang lain, tidak suka membantah perintah dari orang tua, patuh kepada guru dan sebagainya. Jika terbiasa bersikap santun dalam pergaulan sehari-hari, kita akan memiliki banyak teman dan disukai orang lain. Orang yang santun disegani/dihormati banyak orang karena perilaku yang halus, tutur kata lemah-lembut, dan tidak pernah menyakiti hati orang lain.

C. Malu

Malu adalah menahan diri dari perbuatan jelek, kotor, tercela, dan hina. Sifat malu itu terkadang merupakan sifat bawaan dan juga bisa merupakan hasil latihan. Namun demikian, untuk menumbuhkan rasa malu, perlu usaha, niat, ilmu serta pembiasaan. Rasa malu merupakan bagian dari iman karena dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan mencegahnya dari kemaksiatan. Mari kita perhatikan hadis berikut ini.

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35)

Rasa malu yang dapat menjadikan seseorang menghindari perbuatan keji adalah akhlak yang terpuji, karena akan menambah sempurnanya iman dan tidak mendatangkan suatu perbuatan kecuali kebaikan. Namun rasa malu yang berlebih-lebihan hingga membuat pemiliknya senantiasa dalam kekacauan dan kebingungan serta menahan diri untuk berbuat sesuatu yang sepatutnya tidak perlu malu, maka ini adalah akhlak tercela, karena ia merasa malu bukan pada tempatnya. Ada beberapa manfaat dari sifat malu, di antaranya sebagai berikut.

  1. Mencegah dari perbuatan tercela. Seorang yang memiliki sifat malu akan berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan tercela, sebab ia takut kepada Allah SWT.
  2. Mendorong berbuat kebaikan. Rasa malu kepada Allah SWT. akan mendorong seseorang berbuat kebaikan. Sebab ia tahu bahwa setiap perbuatan manusia akan dibalas oleh Allah SWT. di akhirat kelak.
  3. Mengantarkan seseorang menuju jalan yang diridhoi Allah SWT. Orang-orang yang memiliki rasa malu akan senantiasa melaksanakan perintah Allah SWT. dan menjauhi larangan-Nya.

Itu sekilas penjelasan mengenai Tatakrama Santun Dan Malu. Mari kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.