HEADLINE
Dark Mode
Large text article

Sejarah Singkat BEC Pare Kediri

Sejarah Singkat BEC Pare Kediri

Sejarah Singkat BEC Pare Kediri

Artikel kali ini admin akan menulis Sejarah singkat mengenai kampung Inggris Pare Kediri, sejarah Basic English Cource. Ini adalah cerita singkat saat menjadi murid beliau di sana awal perkenalan, seperti halnya awal memasuki sekolah. Cerita ini selalu turun temurun di ceritakan kepada siswa yang belajar.  Pada tahun 1970-an salah satu santri gontong mengamalkan ilmu di Kalimantan, tepatnya di wilayah Kutai Kartanegara, tepat wilayah Mr. Kalend Osen di lahirkan. Mr. Kalend Osen sendiri adalah pencetus kampung Inggris Pare - Kediri. Beliau terinspirasi dengan cara mengajarkan dan mengamalkan ilmu alumni Gontor tersebut sehingga memacu keinginan belajar ke tanah Jawa.
Tak mudah proses untuk belajar ke tanah Jawa yang Mr. Kalend lalui. Begitu banyak cobaan sebelum keberangkatan. Mulai dari cacian, cobaan di dunia kerja, dan lain sebagainya. Karena sebelumnya Mr. Kalend pun adalah seorang guru.
Cobaan yang beliau hadapi tidak membuat patah semangat demi menimba ilmu di tanah Jawa. Mr. Kalend mendapat cobaan saat bercocok tanam di kebun yang beliau miliki, namun hasil panen yang di harapkan dapat membuahkan hasil yang cukup untuk perbekalan selama berangkat ke tanah Jawa hilang, karena hujan yang deras membuat padi menjadi gagal panen. Dan tidak mendapatkan hasil dari panen namun harus menanam ulang padi yang rusak akhibat hujan.
Tidak hanya gagal panen padi, cobaan selanjutnya di dunia kerja yang di hadapi, beliau bekerja (kalau tidak salah) sebagai kuli kayu, upah mengangkat kayu yang begitu minim membuat targer keberangkatan ke tanah Jawa terhambat karena belum cukup untuk perbekalan. Selain hal itu pun, ada sedikit kejanggalan, dengan upah yang di terima tidak sesuai dengan tenaga yang di keluarkan, usut punya usut, ternyata ada unsur nepotisme sehingga para pekerja mendapat updah yang sangat minim.
Beliau pun sangat kecewa dan akhirnya memutuskan untuk berhenti dari kerja tersebut. Membulatkan tekad untuk tetap belajar ke tanah Jawa dengan bermodal bekal pas-pasan. Malam hari saat berbincang dengan keluarga, beliau memberanikan diri memohon ijin untuk membina ilmu di tanah jawa. Tidak sedikit yang mencemooh, mencaci dengan kata kata merendahkan "untuk apa ke tanah jawa? tak akan hasil mencari nafkah disana apalagi ilmu"
Mr. Kalend Osen
    Namun demikian, dukungan dari beberapa kerabat yang membuat beliau tetap berangkat ke tanah Jawa guna menimba ilmu. Beliau berangkat dengan tekad yang sangat kuat. Keteguhan prinsip yang beliau miliki membuat nya bisa sampai ke tanah Jawa.
Dalam  perjalanan nya selama di perahu, beliau sempat melihat sesorang yang nampak tak asing (Familiar). Siapa sangka, sesampainya di tanah Jawa, yang beliau lihat di perjalanan adalah seorang 'ulama tanah Jawa yang sekaligus membantu beliau beberapa hari di Jawa sesampainya di Jawa. Beliau sempat tingga beberapa hari disana, tinggal di pesantren sebelum memasuki pesantren. Yang paling di ingat saat mandi yang tak bisa saya ceritakan namun membuat beliau selalu ingin tertawa kala ingat momet itu. Karena kamar mandi yang berada di tanah bagian bawah pesantren, dan apabila santri mandi kala itu tak seperti sekarang dalam satu ruangan.
Tak lama beliau tinggal, beliau pun berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke pondok pesantren Gontor. Singkat cerita memasuki pesantren, ternyata beliau saat itu berumur 27 tahun. Sedangkan santri lain berusia jauh di bawah beliau, namun tekad beliau tidak membuat beliau mundur dalam menimba ilmu. Bagaimanapun, beliau bertekad ingin mendapatkan berkah dan sukses di tanah jawa.
Strategi belajar yang beliau ceritakan kepada kami muridnya adalah menjelang waktu isoma dan madni. Ketika istirahat beliau menfaatkan belajar di bawah tangga pesantren bersama santri yang umurnya di bawah beliau yang memiliki sama semangat sama. terus dan terus seperti itu, karena beliau berfikir waktu makan itu sebentar, sisa waktu istirahat harus dapat dimanfaat semaksimal mungkin.
Waktu mencuci pun beliau meluangkan waktu khusus di jam dan hari tertentu untuk mencuci, strategi beliau mencuci di barengi dengan waktu mandi, pakaian yang beliau bawa mandi sekalian beliau cuci. Karena waktu itu sangat berharga. Waktu untuk mencuci lagi-lagi dimanfaatkan beliau belajar.
Saat kelas 5, Mr. Kalend mendapatkan kabar kalau beliau tak mampu meneruskan pendidikan di dipesantren karena tersendat biaya. Kaget bukan main, cita-cita yang di impikan harus kandas di tengah jalan. Namun, prinsip yang selalu beliau pegang membuat tak putus asa. Beliau selalu berfikir "Aku tak ingin pulang sebelum sukses di tanah Jawa".
Terlintas merantau di tempat lain, dengan bertanya "dimanakah dapat menimba ilmu belajar beberapa bahasa seperti di Gontor ini?" Beliau pun di beri petunjuk agar pergi ke daerah Kediri tepat nya Pare ada seorang ulama yang menguasai 8 bahsa asing. Dan beliaupun berangkat ke Pare Kediri. Saat itu tak seramai sekarang, bangunan pun masih sangat sedikit. Sekitar Tahun 1971 beliau berada di Pare - Kediri, berjalan kaki dari pasar Pare yang saat itu hanya ada kendaraan seperi kerbau pengangkut rumput beliau menuju pesantren Al-Falah.
Saat itu pesantren Al-Falah di asuh oleh Alm. K.H. Yazid Bustomi. Mr. Kalend belajar di pesantren dengan bermodal bekal seadanya. Belajar pun dengan dasar seadanya ketika di gontor. Namun, metode yang di ajarkan berbeda, beliau belajar dengan hanya membuka koran berbahasa Inggris. Padahal niat ingin belajar beberapa bahasa kepada Almarhum. Saat itu beliau pun (mungkin belum mengerti arti berkhidmat) sampai bingung dengan metode yang di ajarkan.
Beberapa saat Mr. Kalend menjadi santri, Almarhum K.H. Yazid Bustomi sedang mendapati urusan di Majalengka Jawa Barat karena mertua beliau sakit, saat itu Mr. Kalend sedang menyapu halaman masjid, 6 mahasiswa sebuah Universitas (Kalau tidak salah dari Universitas Sunan Ampel) mencari Alm. K.H Yazid guna menimba  ilmu bahasa Inggris. Istri Alm. KH. Yazid Bustomi menganjurkan agar mahasiswa tersebut belajar kepada Mr. Kalend yang saat itu sedang menyapu mesji.
"Coba adik-adik belajar kepada Kalend, salah satu santri Abah" Ujar Istri Alm. KH. Yazid Bustomi. Sontak Mr. Kalend pun kaget. Dalam hati sempat bergumam "Bagaimana bisa saya mengejar mereka sedangkan saya sendiri masih belajar?" Namun karena santri hanya manut pada dauh sang Nyai, beliau pun mengajarkan ke 6 mahasiswa tersebut yang saat itu sedang menyusun skripsi di bidang bahasa.
Ke 6 mahasis tersebut belajar karena sadar sangat minim sekali dalam bahasa terutama bahasa Inggris. Singkat cerita selesai lah mereka berpulang ke Universitas dengan membawa nilai Cum Laude. ke enam mahasiswa tersebut tak menyangka bisa mendapat nilai demikian setelah menimba ilmu di Pare Kediri, bahkan satu satu kampus hampir terheran-heran, semasa kuliah bahasa yang mereka kuasai minim namun saat ujian bisa sebaik itu. Timbullah pertanyaan. "Dimana kalian belajar?" Mereka mun menjawab "Belajar di Pare Kediri di Pondok Pesantren AL-Falah".
    Sedikit demi sedikit Mr. Kalend pun menjadi terkenal karena metode mengajarnya. Tahun 1977 lah pertama kali Basic English Course (BEC) berdiri dengan nama Basic beliau berharap tidak terlalu membebankan para muridnya ketika belajar, namun ketika kemampuan muridya lebih dari basic, syukur selalu Mr. Kalend panjatkan. Sungguh tawadhu'nya Mr. Kalend. Semakin banyaknya murid beliau yang terinspirasi, banyak pula kursusan di Pare Kediri saat ini, tercatat sekitar 120 Kursusan bahasa baik itu bahasa Inggris atau bahasa Arab.
    Di BEC sendiri kelas belajar terdiri dari 3 tingkat :
Basic Training Class (BTC)
Kelas dasar bagi siswa yang baru belajar, dimulai dari basic grammar, speaking dan lain-lainnya. Training Class (CTC) Tingkat menengah, murid yang telah lulus di BTS memasuki kelas CTC dengan Training yakni belajar mengucapkan, praktik dan keseharian dengan berbahasa Inggris. Mastering System (MS)
Tingkat akhir, tingkat akhir ini tidak wajib di ikuti, melainkan kelas yang di ikuti guna mengasah ilmu yang di dapat selama di BTC dan CTC agar bisa di amalkan. karena MS itu sendiri terdapat program mengajar seperti di kuliah pada umumnya yang kia kenal dengan KKN.
Itulah sedikit sejarah yang saya ketahui mengenai kampung Inggris Pare Kediri semasadi Pare. Setidaknya untuk menjadi bahan referensi bagi pembaca. semoga bermanfaat.
Eh, iya, BEC sendiri setiap tanggal 5  syawal setiap tahun nya selalu mengadakan reuni akbar bagi para alumni agar menjadi ajang silaturahmi dan berbagi pengalama semasa di Pare atau setelah nya dari Pare. Semoga selalu menjadi inspirasi.  Saya sendiri sangat bangga menjadi bagian dari BEC
Dengan perbagai perubahannya, kini Pare atau terkenal dengan kampung Inggris tak hanya di kunjungi oleh orang Indonesia baik Jawa, Madura, namun sudah banyak yang berkunjung dari berbagai manca negara, saya sendiri selama di sana pernah bertemu lawan dari Malaysia, Timor Leste, dan Thailand, saya temukan mereka saat program Weekly penyambutan gubernur Jawa Timur dan dengan menampilkan beragam bahasa.
    Saya belajar di BEC selepas kuliah mulai dari nol, dari tidak mengerti dan faham bagaimana car mengucapkan, dan sekarang paling tidak sedikit faham mengerti dan faham,menjalankan perintah Rasul:
ْÙ…َÙ†ْ عَـلِـمَ Ù„ُــغَــةَ Ù‚َÙˆْÙ…ٍ اَÙ…ِÙ†َ Ù…ِÙ†ْ Ù…َـكْـرِÙ…ِـهِــم
Itulah Sejarah Singkat BEC Pare Kediri yang terkenal sebagai pelopor kampung Inggris.